cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Pengembangan Kota
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Pengembangan Kota (ISSN: 2337-7062) adalah jurnal ilmiah berisi hasil penelitian dan telaah kritis teoritis mengenai pengembangan perkotaan meliputi: Arsitektur Perkotaan; Perancangan Kota; Ekonomi Pembangunan Wilayah dan Kota; Perumahan dan Permukiman; Perencanaan Transportasi; Perencanaan Pariwisata; Lingkungan; Pengembangan Sosial-Masyarakat Kota; dan Bidang lainnya yang terkait dengan perencanaan, pembangunan dan pengembangan Wilayah dan Kota.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2: Desember 2019" : 10 Documents clear
LEGALITAS DAN PRAKTEK PERENCANAAN TATA RUANG INDUSTRI SHIPYARD PADA SEMPADAN PANTAI DI SAGULUNG, BATAM Agung Adji Santosa Suryahusada; Holi Bina Wijaya
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.26 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.147-160

Abstract

Legalitas lahan mencakup kesesuaian lahan dengan rencana tata ruang, terdapatnya IMB dan regulasi yang sah. Penelitian ini bertujuan mengetahui legalitas industri galangan kapal pada sempadan pantai dan bagaimana praktek perencanaan pembangunan tata ruang yang sebenarnya terjadi di Sagulung. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kajian dokumen. Wawancara dilakukan dengan teknik Purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa legalitas industri dapat berubah sesuai dengan rezim politis dan pelaksanaan rencana tata ruang pada kenyataannya tidak sederhana. Praktek perencanaan tata ruang di Batam sangat dipengaruhi oleh rezim politis yang terjadi pada masa itu. Pada periode 1991-2007 (Orde Baru) tidak ada pihak yang mengkoordinasi terkait tumpang tindih aturan tata ruang. Tindakan koordinasi dilakukan ketika rezim Demokrasi (2008-sekarang) Hal ini ditunjukkan dengan tindakan paduserasi oleh Tim Paduserasi yang bekerjasama dengan stakeholder tingkat daerah hingga pusat.
ADAPTASI MASYARAKAT PESISIR GANG BANJAR KAMPUNG MELAYU SEMARANG TERHADAP BANJIR ROB M Mussadun; Wakhidah Kurniawati; Muhammad Fajri Nugraha
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.029 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.111-119

Abstract

Gang Banjar Kampung Melayu berada di kawasan pesisir bagian utara Kota Semarang. Kawasan ini rawan terkena banjir rob, sehingga menjadikan masyarakat melakukan upaya adaptasi dalam menghadapi ancaman banjir rob tersebut. Penelitian ini mengkaji dampak banjir rob, upaya adaptasi masyarakat pesisir Gang Banjar Kampung Melayu dan peran pemerintah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi melalui telaah dokumen, wawancara, dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa banjir rob berdampak pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Kemudian masyarakat melakukan upaya adaptasi, baik bersifat soft (non-fisik) maupun hard (fisik). Pemerintah telah berperan dalam adaptasi fisik, melalui pembangunan rumah pompa, optimalisasi pintu air Kali Semarang, melakukan peninggian jalan dan perbaikan drainase. Namun, pemerintah belum berperan dalam adaptasi non-fisik untuk meningkatkan kapasitas sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
TIPOLOGI STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG TRADISIONAL ATAS AIR MANGGAR DALAM PENGGUNAAN RUANG PERMUKIMAN NELAYAN Mega Ulimaz; Nadia Almira Jordan
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.211 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.161-171

Abstract

Kampung Atas Air Manggar merupakan salah satu permukiman tradisional yang dilindungi dan dilestarikan di Balikpapan Berdasarkan karakteristik bangunan, kegiatan perekonomian, lokasi geografis dan homogenitasnya menjadikan Kampung Atas Air Manggar memiliki kekhasan dalam struktur sosial. Lingkungan dapat mempengaruhi peluang kehidupan manusia berdasarkan jaringan sosial yang terbentuk dan yang telah terpengaruh oleh faktor spasial yang berbeda. Secara fisik, kampung ini memiliki kemiripan dengan kampung sempadan sungai yang seringkali mendapatkan julukan kampung kumuh. Akan tetapi, perbedaan kegiatan ekonomi di Kampung Atas Air Manggar yang didominasi kegiatan nelayan menjadi dasar tujuan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi struktur sosial masyarakat pada Kampung Atas Air Manggar dalam penggunaan ruang permukiman nelayan. Metode yang digunakan adalah social network analysis dengan perhitungan density dan centrality. Hasil penelitian ini menghasilkan temuan tingkatan density yang menunjukkan bahwa aliran informasi hanya dapat tersampaikan secara langsung dengan cepat pada kurang dari 20% pada tingkat RT. Peranan tokoh sentral memberikan pengaruh dalam aliran informasi sebagai salah satu unsur modal sosial. Tipologi jaringan sosial yang tergolong rendah juga dapat dilihat pada penggunaan ruang permukiman yang  didominasi oleh aktivitas rutin nelayan, pedagang, dan warga. Aktivitas pilihan dan aktivitas sosial bersifat terbatas, serta dipengaruhi oleh ikatan hubungan jaringan sosial yang rendah . 
FAMILY PLANNING SERVICES AT DENPASAR TOWARD A HEALTHY CITY Luh Seri Ani; I Made Merdana; Nyoman Sumiati
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.775 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.120-127

Abstract

One of the goals of urban development is to improve the quality of life of the people, especially in the aspect of health, as found in Denpasar, Bali, which wants to create a healthy city. Denpasar City Development is expected to create and improve health services for the entire community. Improved health infrastructure services are expected to support other government health programs, including the Family Planning Program (KB) as an effort to inhibit the rate of population growth that negatively impacts the economy and environment of a rural and urban area. Through family planning programs people can set the number of children and the desired pregnancy distance, especially for people who live in urban areas. This study aimed to determine contraceptive services in Fertile Age Women (WRA) in urban areas. A cross-sectional descriptive survey was conducted on 1,777 women of childbearing age in Denpasar City. Data on family planning users were obtained from the BKKBN family data collection in 2018. The survey data were processed through univariate and bivariate analysis to determine trends in the use of contraceptives in Denpasar. 55.7% of family planning services in Denpasar are in a bad category. Fertile Age Women (WUS) in the city of Denpasar do not have health insurance (41.6%), do not receive family planning information through the media (41.1%), do not get information from health workers (73.5%), do not get field visit from the health workers ( 96.5%) and do not receive counseling services (59.8%). The low utilization of family planning services will affect the quality of life of the community in Denpasar, especially the WUS, and become a barrier to achieve a healthy city.
AN INDICATOR CONCEPT FOR MEASURING THE QUALITY OF LIFE IN KAMPUNG KOTA COMMUNITIES IN THE “SMART CITY” Bagus Nuari Priambudi
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.44 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.128-135

Abstract

Kampung Kota is the beginning of the city development with all important aspects and has a special regional characteristic. The sustainability of Kampung Kota is affected by physical development around it. The concept of Semarang city development is in line with the concept of smart cities that trending now. One aspect that a city considers being a Smart City is the quality of life. The study of QoL (Quality of Life) has been increasing and has greatly developed in recent years, especially in large cities throughout the country. But it is not yet reviewed for the indicator concept that used as a measure of the quality of life in Kampung Kota communities. In fact, the problems related to the quality of life of the community is so complex. The research aims to study the indicator to measure the quality of life of the community. The method used in this study is quantitative deductive. The study consists of several stages: (1) content validity study, (2) face validity, (3) test reliability and validity; (4) analysis and conclusions. The results show 5 indicators that can be used as a measure of the quality of life of the people of Kampung Kota in Semarang. The indicators of the physic environmental aspects are safety, comfort, and the roles of the Neighborhood Association (RT/ RW). The indicators of the socio-economic and health aspects are income, environmental health, and availability of public spaces. 
PEMBELAJARAN DARI PROSES PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA USAHA BATIK PESANTENAN PATI Dwi Putri Puspa Sari; Landung Esariti
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.125 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.136-146

Abstract

Usaha berbasis rumah Batik Tulis Pesantenan merupakan salah satu bentuk pemberdayaan di Kabupaten Pati yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Berdirinya usaha ini dilatarbelakangi oleh banyaknya ibu rumah tangga muda yang menganggur dengan suami sebagai perantau dan terbukti mampu memberdayakan lebih dari 200 (dua ratus) ibu rumah tangga sebagai pekerja. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pembelajaran dari proses pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Metode yang digunakan adalah campuran melalui kuesioner terhadap 19 responden dan wawancara secara mendalam dengan narasumber kunci yaitu pemilik dan perintis usaha serta 9 perangkat desa asal pekerja. Teknik analisis dengan cara deskriptif baik data kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian ini memberikan pembelajaran proses pemberdayaan melalui usaha berbasis rumah sebagai fenomena dalam studi tentang perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilik usaha merupakan pihak yang sangat berpengaruh dan penting keberadaannya sehingga aktivitas pemberdayaan ada dan berlanjut hingga sekarang. Ia berperan sebagai inisiator, penggerak, dan fasilitator yang merintis terjadinya proses mulai dari nol sehingga memberikan akses pekerjaan bagi ibu rumah tangga yang memiliki keterbatasan waktu dan keterampilan. Enam sifat yang melekat padanya yakni rasa empati, mampu melihat adanya potensi dan kebutuhan, jiwa kepemimpinan, inisiatif yang tinggi, pemikiran maju dan terbuka, berperan sebagai fasilitator. Selain itu, motif utama keberhasilannya yaitu adanya manfaat ekonomi. 
PEMBENTUKAN COMPACTNESS DI KAWASAN KAMPUS: STUDI KASUS KAWASAN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA Renindya Azizza Kartikakirana
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1479.547 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.181-190

Abstract

Keberadaan fasilitas pendidikan berdasarkan aspek perencanaan wilayah dan kota memberikan kontribusi terhadap pengembangan kawasan ataupun wilayah.  Fasilitas pendidikan tersebut memicu munculnya permukiman di sekitarnya. Pada umumnya mahasiswa lebih memilih untuk bertempat tinggal di sekitar kampus untuk memudahkan pergi ke kampus. Ini memicu munculnya area permukiman di sekitar kampus berupa rumah indekos (rumah kos). Aktivitas bermukim dan pendidikan tersebut mendorong munculnya aktivitas-aktivitas lain seperti perdagangan, dan perkantoran. Hal ini menjelaskan bagaimana suatu kekompakan itu muncul pada lingkup kawasan kampus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan atribut compactness di kawasan kampus dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan compactness di kawasan kampus. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deduktif-kuantitatif-kualitatif. Kepadatan kawasan, kesatuan aktivitas, perjalanan dengan berjalan kaki, interaksi sosial dan ekonomi merupakan sifat-sifat dari konsep compact (compactness) yang terbentuk di kawasan ini. Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya compactness di kawasan ini yaitu keberadaan Universitas AMIKOM Yogyakarta, pemadatan kawasan, kemauan berjalan kaki, dan interaksi antar penghuni kawasan. 
JENIS RUANG PUBLIK DI KAMPUNG KOTA DAN SENSE OF COMMUNITY WARGANYA (KASUS: KAMPUNG KALI APURAN, JAKARTA BARAT) Rika Ulfa Noviantri; Hanny Wahidin Wiranegara; Yayat Supriatna
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.657 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.191-198

Abstract

Kampung kota adalah permukiman tradisional yang tidak terencana dengan kompleksitas permasalahannya seperti kota. Kampung kota Kali Apuran di Jakarta Barat yang padat dan tidak teratur, serta secara sosial dihuni penduduk yang heterogen maka sense of community merupakan hal penting. Ruang publik adalah elemen yang dapat memfasilitasi tumbuhnya sense of community. Terdapat macam-macam ruang publik di kampung kota yang dimanfaatkan penghuni sebagai tempat aktivitas dan interaksi antarwarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sense of community warga kampung kota Kali Apuran pada berbagai jenis ruang publik yang ada di dalamnya. Metode penelitian menggunakan survey angket, yang diambil secara acak. Hasil analisis menunjukkan bahwa berbagai jenis ruang publik di Kampung Kali Apuran memiliki tingkat sense of community yang sama, yakni pada tingkat sedang. Artinya bahwa semua jenis ruang publik memfasilitasi sense of community. Adapun persentasenya berturut-turut menurut responden adalah sebagai berikut: tepi sungai (74,1%), jalan kecil/gang depan rumah (53,7%), halaman sekolah (50%) dan halaman masjid (40%). Hasil tersebut menunjukkan pentingnya kehadiran ruang publik di kampung kota. Agar terjadi peningkatan sense of community diperlukan rekayasa sosial berupa peraturan bersama tentang pemanfaatan berbagai ruang publik yang ada di kampung kota. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan lokal yang kuat agar pemanfaatan ruang publik tidak mengarah pada arah yang sebaliknya.
THE ROLE OF COMMUNITY IN SAFEGUARDING THE HISTORY OF DENPASAR Ni Ketut Ayu Siwalatri
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.719 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.199-205

Abstract

Denpasar has a variety of heritage assets that are still used by the people. Living Culture or intangible cultural heritage refers to the practices, representations, expressions, knowledge, and skills owned by the local community. Globalization and information technology are factors that influence people to change and reinterpret their traditions that have been carried out for generations. This paper aims to explore the role and rights of the community in safeguarding their architecture and the built environment. From this study can be concluded that the changes made to the architecture and built environment are mostly carried out by following the current trends as a representation of the economic capacity of the owner and sometimes ignoring the rules and knowledge/tatwa and norm/susila that were previously used by the community for the spatial arrangement of their environment. In the past, knowledge was possessed by Brahmins in the power of the king, and the people only carry out traditions with little knowledge of the meaning contained in it. The knowledge stored in artifacts needs to be socialized or published so the changes made are still rooted in the local cultural character and can maintain the identity of the city of Denpasar.
ANALISIS PERKEMBANGAN KECAMATAN COLOMADU DAN KECAMATAN GROGOL SEBAGAI PKLP DAN WPU SURAKARTA BERDASARKAN FAKTOR INTERNAL Dayana Permatasari; Wisnu Pradoto
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.883 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.172-180

Abstract

Perkembangan Kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar mengalami berbagai persoalan, karena tidak semua kota dapat memenuhi pelayanannya. Persoalan tersebut menyebabkan aktivitas kota melewati batas administrasinya. Ketidakmampuan dalam menyediakan kebutuhan dalam menyediakan ruang aktivitas mendorong terjadinya perluasan kota yang menyebabkan kawasan peri-urban mengalami perubahan dalam segala aspek baik secara fisik maupun non fisik. Perluasan kawasan perkotaan tentunya mengalami perubahan yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk analisis perbandingan perkembangan kedua kecamatan yang memiliki peran sebagai WPU Kota Surakarta dan berstatus PKLp pada Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. Analisis perbandingan dilakukan dengan melihat karakteristik perkembangan dan kategori perkembangan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol dalam kurun waktu 2000 - 2017 dan 2010 -2017 yang selanjutnya dilakukan perbandingan pada kedua Kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian metode kuantitatif dengan teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif  kuantitatif dan analis skoring. Analisis Deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik perkembangan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol, sedangkan analisis skoring digunakan untuk melakukan pengkategorian terhadap  perkembangan rata-rata tahunan. Pengkategorian perkembangan didasarkan faktor internal kecamatan yaitu diantaranya perkembangan kepadatan penduduk, jenis pekerjaan penduduk non pertanian, fasilitas sosial dan ekonomi, kondisi ekonomi, dan perkembangan lahan terbangun. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda, ditinjau berdasarkan perkembangan lahan Kecamatan Colomadu lebih diarahkan sebagai kawasan permukiman, sedangkan Kecamatan Grogol sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa. Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan rata-rata tahunan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol sepanjang tahun 2000 – 2010  tergolong dalam perkembangan lambat, namun sepanjang tahun 2010 -2017 Kecamatan Grogol tergolong dalam perkembangan cepat dan Kecamatan Colomadu tetap dikategorikan dalam perkembangan lambat.

Page 1 of 1 | Total Record : 10